Jepang menghadapi tantangan rendahnya angka kelahiran dengan munculnya tren “friendship marriage” di kalangan kaum muda. Trend ini melibatkan pernikahan tanpa aspek romantis dan hubungan seksual, lebih berfokus pada nilai-nilai dan kesamaan minat antar pasangan. Pasangan yang terlibat dalam tren ini dapat menjalin hubungan romantis dengan orang lain di luar pernikahan, dengan persetujuan bersama.
Tren ini kian menjadi populer di kalangan kaum muda Jepang karena mereka melihatnya sebagai cara untuk menunjukkan kedewasaan sosial dan stabilitas, yang dianggap penting untuk kemajuan karier dan untuk menyenangkan orang tua. Orang-orang yang terlibat dalam tren ini umumnya berusia sekitar 32,5 tahun, memiliki pendapatan di atas rata-rata nasional, dan sebagian besar memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi.
Menurut data dari Kabinet Jepang, sekitar 75% dari orang Jepang yang berusia 30-an masih menganggap pernikahan sebagai salah satu tujuan hidup yang penting. Namun, terdapat tren yang menunjukkan bahwa sekitar 47,2% pasangan yang sudah menikah di Jepang tidak melakukan hubungan seks dalam sebulan terakhir, dan angka ini terus meningkat.