Jepang kini kebanjiran turis mancanegara akibat melemahnya nilai tukar yen. Namun, warga lokal mulai merasa terganggu karena banyak turis yang tidak berusaha berbahasa Jepang. Staf layanan di Jepang mengeluhkan kesulitan berkomunikasi dengan pengunjung yang bersikeras menggunakan bahasa ibu mereka, meskipun tidak dipahami oleh staf.
Kurangnya kemampuan berbahasa Inggris di Jepang menjadi masalah serius di sektor pariwisata, terutama dengan meningkatnya jumlah pengunjung yang mencapai 3 juta per bulan sejak Maret 2024. Restoran dan toko ritel kesulitan menyusun strategi komunikasi yang efektif untuk melayani basis klien yang beragam. Pakar industri jasa merekomendasikan penggunaan menu bergambar dengan terjemahan dalam bahasa Inggris, Korea, dan Mandarin. Namun, banyak pemilik usaha tetap enggan melayani wisatawan asing karena kendala bahasa dan persepsi negatif tentang kesopanan turis.
Beberapa pemilik restoran menyarankan agar turis setidaknya menyisipkan kata-kata Jepang seperti “Konnichi wa” (halo) atau “arigatou” (terima kasih) dalam percakapan mereka. Sementara itu, beberapa staf layanan merasa frustrasi dan tidak berguna karena keterbatasan bahasa. Mereka mengingatkan bahwa kegembiraan dalam komunikasi antarbudaya juga datang dari usaha memahami dan bertukar makna meskipun ada hambatan bahasa.